Skip to main content

Kasih Itu Mata Air, Cinta Itu Sungai



 
Bab 1:  Pertemuan di Taman Sakura
 
Mentari senja menari-nari di antara kelopak bunga sakura yang bermekaran di Taman Sakura, Bandar Lampung.  Aisha, gadis berambut sebahu dengan mata yang memancarkan kehangatan, duduk di bangku taman, menikmati buku kesayangannya.  Ia seorang seniman muda yang hidupnya dipenuhi dengan warna-warna cerah,  kecuali dalam hal cinta.  Ia percaya pada kasih, bukan cinta yang mengikat.
 
Tiba-tiba, seorang pemuda tampan bernama  Dimas mendekat.  Rambutnya yang sedikit berantakan dan senyumnya yang ramah membuat Aisha sedikit gugup.  Dimas adalah seorang arsitek muda yang berbakat, dikenal dengan desain-desainnya yang inovatif dan elegan.  Ia datang ke taman itu mencari inspirasi, dan menemukan Aisha yang sedang asyik membaca.
 
"Permisi, bolehkah aku duduk di sini?" tanya Dimas lembut.
 
Aisha mengangguk, sedikit tersipu.  Percakapan mereka mengalir begitu saja, dari buku yang Aisha baca hingga cita-cita mereka masing-masing.  Dimas terpesona oleh kecerdasan dan kebaikan hati Aisha.  Ia merasa ada sesuatu yang istimewa dalam diri gadis itu.  Aisha pun merasa nyaman berbincang dengan Dimas,  kehangatan yang berbeda dari hubungan-hubungan yang pernah ia alami.
 
Bab 2:  Cinta yang Memikat
 
Hari-hari berlalu, pertemuan mereka di Taman Sakura menjadi rutinitas.  Dimas semakin jatuh cinta pada Aisha.  Ia mengungkapkan perasaannya,  ucapan-ucapan romantis dan janji-janji masa depan memenuhi hari-hari Aisha.  Aisha pun merasa hatinya bergetar,  ia merasakan  cinta yang membuai,  cinta yang  menghiasi hidupnya dengan warna-warna yang menawan.  Namun, di lubuk hatinya,  ia masih teringat akan keyakinannya tentang kasih dan cinta.
 
Cinta Dimas bagai sungai yang mengalir deras,  menarik Aisha ke dalamnya.  Ia menikmati arus cinta itu,  terbawa oleh gelombang kebahagiaan dan romantisme.  Namun,  di balik keindahan sungai itu,  Aisha merasakan  beban dan keterikatan.  Ia mulai merasa terkekang,  terjebak dalam pusaran emosi yang kuat.
 
Bab 3:  Kasih yang Melepaskan
 
Suatu hari,  Aisha bertemu dengan seorang wanita bijak di sebuah panti asuhan.  Wanita itu menceritakan tentang kasih yang tulus dan merelakan,  kasih yang tak mengharapkan imbalan,  kasih yang  memberikan kebebasan.  Kisah-kisah  yang ia ceritakan menyentuh hati Aisha.  Ia mulai merenungkan kembali  keyakinannya,  memperbandingkan  cinta yang mengikat dengan kasih yang merelakan.
 
Aisha menyadari,  cinta Dimas bagai daratan yang luas,  indah dan menawan,  namun  juga membatasi.  Sedangkan kasih bagai lautan yang luas dan dalam,  memberikan kebebasan dan ruang untuk bernapas.  Ia menyadari bahwa ia lebih membutuhkan kasih daripada cinta yang mengikat.
 
Bab 4:  Keputusan Sulit
 
Keputusan itu berat.  Aisha harus memilih antara cinta yang membuai dan kasih yang merelakan.  Ia berbicara jujur kepada Dimas,  menjelaskan perasaannya dan keyakinannya.  Dimas kecewa,  hatinya hancur.  Namun,  ia menghormati keputusan Aisha.
 
Bab 5:  Kebebasan dalam Kasih
 
Aisha melepaskan diri dari belenggu cinta,  ia memilih untuk mendedikasikan hidupnya untuk kasih.  Ia  bekerja di panti asuhan,  mengabdikan dirinya untuk membantu anak-anak yatim piatu.  Ia menemukan kebahagiaan yang sejati dalam kasih yang tulus dan merelakan.  Kasih bagaikan mata air yang menyegarkan,  mengalir tanpa henti,  memberikan kehidupan dan harapan.  Aisha menemukan kebebasan dan kedamaian dalam kasih,  jauh dari jerat dan penjara cinta.
 
Bab 6:  Pelangi Setelah Hujan
 
Waktu berlalu,  luka hati Dimas perlahan sembuh.  Ia belajar tentang kasih dari Aisha,  ia melihat keindahan  kasih yang tulus dan merelakan.  Ia pun menemukan kebahagiaan dalam hidupnya,  dengan cara yang berbeda.  Perpisahan mereka bukan akhir dari segalanya,  melainkan awal dari sebuah pemahaman yang lebih dalam tentang cinta dan kasih.  Mereka tetap berteman,  menghormati pilihan masing-masing,  dan  menemukan kedamaian dalam kasih yang telah mereka pelajari.
 



By Omnipotent


Rekomendasi Blog Lainnya:


Comments

Popular posts from this blog

Kecemburuan semacam ini

Jacey melemparkan cangkir kopi kaca, (Mug Kaca Berinsulasi Dinding Ganda Zwilling), melintasi dapur. Itu menghantam dinding yang baru dicat (Behr, Sweet Coconut Milk, M230), dan hancur menjadi triliunan kepingan. "Inilah yang telah kamu lakukan pada kami!" teriaknya, suaranya berderak karena cemburu, kuku jarinya yang terawat (Orly Cold As Ice - perawatan bernapas + warna) menusuk udara ke arah tumpukan puing-puing kaca. Blayne menundukkan kepalanya, dagu keduanya mengenai dadanya terlebih dahulu. "Maaf, sayang," gumamnya. "Maaf?! Maaf!" Dia mengambil sekotak Wheat Thins dan mengangkatnya di atas kepalanya. "Tolong jangan melempar yang lain!" Blayne memohon, berdiri dari posisi setengah duduk di bangku logam di dapur. Ini adalah bangku yang sangat tidak nyaman (Bangku Meja Grejsi dengan Bingkai Logam), tetapi Jacey menyukai cara logam itu memantulkan sinar matahari di sore hari, jadi itulah yang dia beli. Dia mencondongkan tubuh ke arahnya,...

Thirteenth step

My grandmother attends the church basement on Tuesday evenings. I saw him there among the metal folding chairs and antique coffee pots, his figure trembling under the fluorescent lights that buzzed like dying insects. She wears the same powder blue pullover she was buried in, the one with pearl buttons that catch the light like little moons. Others can't see it, of course. They just feel a sudden chill as they pass by where she is, or smell the ghostly smell of her Shalimar perfume mixing with the smell of burnt coffee that never leaves these rooms. But I see clearly. He's been following me to AA meetings for three months since I got my first white chip after five years of being back in the bottle. "Your grandmother was my godmother in 1985," old Pete told me after tonight's meeting, hands shaking as he poured a seven-pack of Sweet'n Low into his coffee. "Toughest godmother I ever had. She saved my life." "Mine, too," I said, not specif...

A-Z of Corporate Governance Law

Corporate governance law can be seen as the law that states the way a company is regulated and managed. Any student of law must have a clear idea about the corporate governance law. This article provides an insight into the law, along with its importance. Corporate governance law  describes how a company will be managed and governed. This topic is an important one for any student pursuing a degree in law. They may also receive academic papers to write on it. Hence, individuals should be clear about this law. The article aims at clarifying the idea behind the law and why it is important. What exactly is corporate governance law? A business is directed and controlled by the system of corporate governance. It is a process for governing a company, establishing the policies, customs, and laws for all employees, starting from the highest to the lowest levels. It states the distribution of responsibilities and rights among the various participants in a company like the di...